SELAMAT DATANG DI BLOG FOTO DAN CORETAN, RESEP MASAKAN, RESEP KUE, BUDI DAYA IKAN, TERNAK HEWAN, LIVE STREAMING , DOWNLOAD, ADMIN DIRUN BIN AHMADI

7.10.2011

Memberikan Ikan, bukan Kail

Memberikan Ikan, bukan Kail
Banyak dari kita yang memiliki niat baik untuk bisa membantu sesama kita yang mengalami kesulitan. Persoalannya adalah kita merasa bingung ke mana kita harus menyalurkan bantuan kita, lewat yayasan tertentukah, lewat badan amal tertentukah, lewat relawan tertentu atau menyalurkan secara langsung? Mengapa ini menjadi pertimbangan kita? Karena kita tahu banyak bantuan yang dikumpulkan tapi tidak lewat penyaluran yang tepat atau baik. Ada yang me''motong'' dana yang disalurkan, ada yang bahkan tidak menyalurkan sama sekali. Singkatnya, kita ingin membantu tetapi tidak mau bantuan kita disalahgunakan, betul ya? Tetapi, kan tidak mungkin kalau saya menyalurkan dana sendiri? Kecuali....kalau kita memang berjiwa sosial sekali, terus juga sudah memiliki kebebasan waktu dan finansial (dalam arti kata, tidak perlu kita terlibat pekerjaan atau bisnis kita saat ini kita sudah bisa punya penghasilan yang bahkan bisa kita sisihkan untuk membantu orang lain), kita bisa menyalurkan sendiri semua dana yang kita sisihkan untuk membantu orang lain. Persoalannya, kan kita belum sampai tahapan itu (saya berdoa untuk kita semua, semoga dalam waktu tidak lama lagi kita semua sudah berada di kondisi tersebut(bebas waktu dan finansial) sehingga bisa membantu jauh lebih banyak orang di dunia ini, khususnya di Indonesia kita tercinta. AMIN! Tenang, saya tidak mengajak anda semua untuk terjun ke bisnis MLM yang saat ini saya jalankan (tapi kalau anda berminat, akan lebih baik lagi, hehehe). Saya mengajak anda semua untuk ikut terlibat dalam kegiatan sosial kecil-kecilan saja, yaitu lewat menangani anak-anak jalanan. Saya tahu, kalau kita membahas tentang apakah baik membantu anak-anak jalanan dengan memberi mereka uang (100,200,500 atau 1000 bahkan lebih), akan banyak sekali pro dan kontra yang terjadi. Tidak bisa kita pungkiri bahwa sebagai sesama ciptaan Tuhan YME, kita memiliki rasa prihatin untuk membantu mereka. Tetapi di sisi yang lain, kita juga seringkali mendengar bahwa uang yang mereka dapatkan, mereka gunakan untuk hal-hal yang tidak baik, seperti membeli lem aibon, beli vcd porno[masa sih Bud, ada yang melakukan seperti itu? Yup, karena waktu setahun lalu saya ke Lampung ada anak jalanan yang hamil. Kenapa bisa? Karena pergaulan mereka(tidur di jalanan dengan kondisi pakaian yang kita tahu sendiri) juga ditopang dari uang yang kita berikan selama ini]. Bud, berarti kamu gak setuju kalau kita membantu anak- anak jalanan? Bukan seperti itu maksud saya, tetapi kita bantu dengan cara yang lebih baik (mudah-mudahan), teapi tetap mudah untuk kita lakukan. Jujur, dulu saya termasuk orang yang jarang (bahkan bisa dikatakan tidak mau) membarikan uang ke anak-anak jalanan, atau pengemis yang saya temui di jalan. Bukan karena tidak ada perasaan kasihan dalam diri saya, tetapi karena saya tahu bagaimana uang tersebut mereka gunakan. Memang saya tidak boleh menilai semua anak-anak jalan bersikap yang sama, tetapi karena saya tidak ingin membiarkan hal itu terjadi, akhirnya saya tidak memberikan uang sama sekali. Saya teringat pengalaman saya waktu ke Lampung untuk menemui rekan kerja saya di sana, dimana waktu itu saya semobil dengan dia dan kita menemui para anak-anak yang kurang beruntung di jalanan saat lampu merah. Yang rekan dan anaknya lakukan adalah bukan memberikan uang (alasannya seperti yang saya perkirakan dan seperti yang kita ketahui sebelumnya), tetapi memberikan air dalam bentuk air gelas kemasan. Hal itu berlangsung beberapa kali, dan saya mulai berpikir bahwa kalau kita semua melakukan hal yang sama, mungkin saja tindak kekerasan dan kejahatan yang ada di jalanan bisa berkurang. Mengapa? Kita lihat alasannya : Jika kita tidak memberikan uang, maka dia tidak akan membeli lem aibon untuk mereka hirup. Kita juga tahu bersama, bahwa biasanya ada sindikat tertentu yang berada di belakang mereka, sehingga uang yang kita berikan harus dikasihkan sebagai uang perlindungaang itu tidak untuk mereka malah akhirnya kita menyumbang sindikat itu. Tentu saja kita tidak mau itu terjadi kan? Nah, supaya bantuan bisa lebih tepat sasaran, tentunya kita harus memastikan bantuan kita bisa berguna....jangan sampai menjerumuskan. Mungkin saja ada yang berkomentar....Bud, kalau kita membantu orang jangan hanya dengan memberikan ikan. Tetapi kita hendaknya memberikan kail supaya mereka bisa mandiri pada waktunya. Saya setuju dengan hal itu, tetapi saya juga berprinsip bahwa ada saatnya kita harus memberikan ikan. Coba kalau saat itu ada orang yang kelaparan, kan tidak mungkin kita memberikan kail saja sementara mungkin dia masih belum tahu cara menggunakannya sehingga tidak bisa memperoleh ikan dan akhirnya meninggal. Tentu saja yang paling tepat saat itu adalah memberikan ikan terlebih dahulu supaya tidak meninggal, tetapi setelah itu baru kita memberikan kail dan mengajari mereka cara mengail ikan. (Soal mengail ikan, tidak saya bahas karena itu kembali ke diri kita sendiri...sudah belum memiliki kebebasan waktu dan finansial itu tadi). Dengan memberikan bantuan berupa makanan atau air kemasan dalam bentuk cup-cupan (bacanya kap-kap an yah, bukan cup-cupan) berarti kita juga turut menggerakkan perekonomian di negara kita, berbagi rejeki dengan pihak lain dan mudah-mudahan bisa menjadi gerakan nasional yang membangkitkan perekonomian rakyat Indonesia (jauh amat mikirnya ya). Dengan uang 15.000 rupiah, kita bisa menyalurkan 48 gelas air kemasan kepada mereka yang ada di jalanan. Anyway, singkatnya.....marilah kita mulai tetap membantu mereka yang kurang beruntung di jalanan, tetapi sekaligus kita membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik di masa depan. Siapkah anda mensukseskan gerakan ini? Saya tunggu tanggapan anda semuanya dan tolong forward kepada rekan-rekan yang anda anggap juga memiliki kepedulian sosial tinggi. Salam terbaik untuk anda semua, para pahlawan sosial!

Tidak ada komentar: