Sepat siam
Ikan sepat siam, Trichogaster pectoralis
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Osphronemidae
Genus: Trichogaster
Spesies: T.
pectoralis'
Nama binomial: Trichogaster pectoralis
Sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan
air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae).
Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam
bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama Thailand) atau
snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya.
Spesifikasi
Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai
25cm; namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak
meruncing.
Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip
dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah
menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke
ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari keras
atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–38.
Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman
sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian
belakang nampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar
kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi
tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.
Kebiasaan dan Penyebaran
Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa,
danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak
ditumbuhi tumbuhan air. Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam
serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah.
Sebagian besar makanan sepat siam adalah tumbuh-tumbuhan
air dan lumut. Namun ikan ini juga mau memangsa hewan-hewan kecil di air,
termasuk ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan ini sering
ditemui di tempat-tempat yang kelindungan oleh vegetasi atau sampah-sampah yang
menyangkut di tepi air.
Ikan sepat siam menyimpan telur-telurnya dalam sebuah
sarang busa yang dijagai oleh si jantan. Setelah menetas, anak-anak sepat
diasuh oleh bapaknya itu hingga dapat mencari makanan sendiri.
Sebagaimana kerabat dekatnya yakni tambakan, gurami,
betok dan cupang, sepat siam tergolong ke dalam anak bangsa Anabantoidei.
Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang
insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari
udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di
tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain.
Akan tetapi, tak
seperti ikan-ikan yang mempunyai kemampuan serupa (lihat misalnya ikan gabus,
betok, atau lele), ikan sepat tak mampu bertahan lama di luar air. Ikan ini
justru dikenal amat mudah mabuk dan lekas mati jika ditangkap.
Penyebaran asli ikan ini adalah di wilayah Asia Tenggara,
terutama di lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam; juga dari
lembah Sungai Chao Phraya. Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia,
Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru. Sepat siam
dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1934, untuk dikembangkan pembudidayaannya di
kolam-kolam dan sawah. Tahun 1937, sepat ini dimasukkan ke Danau Tempe di
Sulawesi dan sedemikian berhasil, sehingga dua tahun kemudian ikan ini
mendominasi 70% hasil ikan Danau Tempe. Saat ini sepat siam telah meliar dan
berbiak di berbagai tempat di alam bebas, termasuk di Jawa.
Nilai ekonomi
Sepat siam merupakan ikan konsumsi yang penting, terutama
sebagai sumber protein di daerah pedesaan. Selain dijual dalam keadaan segar di
pasar, sepat siam kerap diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan
antar pulau di Indonesia.
Tidak seperti jenis sepat yang lain, sepat siam kurang
populer sebagai ikan akuarium. Namun terdapat beberapa varian yang berwarna
cerah (putih, kuning atau merah) yang diperdagangkan sebagai ikan hias.
Di
Thailand, sepat siam merupakan salah satu dari lima ikan air tawar terpenting
yang dibudidayakan untuk konsumsi maupun untuk akuarium
Tidak ada komentar:
Posting Komentar